It's been a long time time i didn't write in this blog....and today on 07.30 PM I decided to turn on my notebok and let my fingers shake the keyboard... I will wrote about the birthday man, Papaku.
Some people call him Abah, others call him Papa David, But I always loved to call him with Papa.
Hari ini menjadi ulang tahun nya yg ke 63, BERSYUKUR hanya itu kata yang bisa saya ucapkan karena kembali diberikan kesempatan oleh Tuhan bisa merayakan ulang tahun Papa bersama. Baru beberapa menit lalu saya, kakak ipar dan abangku tiup lilin depan Papa. Sebuah tanda bahwa kami sangat menyayanginya, walaupun kondisinya sudah tidak berdaya lagi.
Saya dan Papa mempunyai kedekatan yang luar biasa dari kecil, bukan hanya kedekatan antara anak dan orangtua tetapi jg sebagai sahabat, i always feel free to talk about many things to him. Walaupun hubungan saya dan papa sempat renggang selama beberapa lama karena selisih pendapat ( saya rasa itu hal yang wajar antara orangtua dengan anak), tetapi kami selalu mempunyai alasan untuk kembali menjalin romantisme dalam keluarga.
Destiny brings him as a single parent when I was 11 years old, dan sejak saat itu saya semakin dekat dengan Papa. He was with me on my first period, he attend my elementary, junior high school and higschool graduated, he drop me and pick me up to campus alomost everyday when i'm in college and always pay full attention for every single things in my life. Walaupun umur nya sudah tua, dan lahir di jaman orde lama tapi pemikiran dan style nya masih seperti anak-anak muda, dia orang yang sangat demokratis dan membebaskan anaknya melakukan apa saja, dengan satu catatan, bahwa kita harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi pilihan kita.
Bukan hanya dengan saya atau anak-anaknya kedekatan itu terjalin, Papa jg cukup dekat dengan teman2 saya, beberapa dr antara kalian yang sedang membaca blog ini pasti mengenal bagaimana papa saat dirumah. saya bangga, karena disaat teman-teman saya banyak mengeluh ttg orangtua nya yang kolot, saya memiliki papa yang cukup " gaul " , bahkan dia menyingkirkan panggilan " kamu atau nak " kepada anak2nya, " elo-gue" jd panggilan biasa saat kita sedang bicara.
Destiny brings him as a single parent when I was 11 years old, dan sejak saat itu saya semakin dekat dengan Papa. He was with me on my first period, he attend my elementary, junior high school and higschool graduated, he drop me and pick me up to campus alomost everyday when i'm in college and always pay full attention for every single things in my life. Walaupun umur nya sudah tua, dan lahir di jaman orde lama tapi pemikiran dan style nya masih seperti anak-anak muda, dia orang yang sangat demokratis dan membebaskan anaknya melakukan apa saja, dengan satu catatan, bahwa kita harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi pilihan kita.
Bukan hanya dengan saya atau anak-anaknya kedekatan itu terjalin, Papa jg cukup dekat dengan teman2 saya, beberapa dr antara kalian yang sedang membaca blog ini pasti mengenal bagaimana papa saat dirumah. saya bangga, karena disaat teman-teman saya banyak mengeluh ttg orangtua nya yang kolot, saya memiliki papa yang cukup " gaul " , bahkan dia menyingkirkan panggilan " kamu atau nak " kepada anak2nya, " elo-gue" jd panggilan biasa saat kita sedang bicara.
Until now i never imagine how can he do that perfect job as a father, mother and friend untuk keempat anaknya. He's not just GREAT, but he's AMAZING.
The last ( but bot least ) memory I created with him was 3 years ago, when I decided to move from Bandung to Kalimantan, sebagai satu-satu nya anak ( dan perempuan lagi) yang tersisa dirumah, dia merasa berat ketika harus mengetahui bahwa saya akan pindah jauh dari nya. Tapi dia tidak pernah menunjukan kesedihannya di depan saya, dia selalu berkata " kamu memang harus keluar dari Bandung, kejar mimpimu " , kata2nya itu yang membuat saya yakin untuk melangkah.
30 Maret 2009 hari terakhir saya di Bandung, pada jam 02.00 subuh dia mengantarkan saya ke shuttle bus di Bandung Supermal untuk kemudian saya menuju ke Jakarta . Suatu hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Sebelum saya, ketiga kakak saya juga merantau, tapi dia tidak pernah mau mengantarkan kakak-kakak saya, " cukup sampai depan pagar rumah, sesudah kalian melewati itu pagar itu, kalian mulai melangkah untuk hidup kalian masing2" itu katanya. Tapi malam itu, saya diberi sedikit keistimewaan karena Papa mau mengantar saya sampai ke BSM. Ketika saya duduk di dalam bis, mata saya tidak berhenti melihat wajah papa, dan saat bis mulai berjalan saya melihat papa mulai mengusap air mata nya. Dan itu tidak pernah saya lihat sebelumnya.... rasa kehilangan, itu yang dia rasakan.
Peristiwa itu ternyata menjadi pertemuan terakhir saya dengan Papa dalam keadaan yang sehat. 3 bulan sesudah kepergian saya, tetangga saya menemukan Papa tegeletak di kamar mandi dalam keadaan tidak sadar, dan sejak saat itu sampai sekarang... papa terbaring tidak berdaya lagi.
Kekuataannya dulu berganti kerapuhan, keberdayaannya dulu berganti menjadi ketidakberdayaan, kata2 nasihatnya dlu berganti menjadi keheningan, tapi satu hal yang tidak akan pernah hilang dalam dirinya adalah SEMANGATNYA. Saya yakin, nafas yang masih dia hembuskan setiap detiknya sampai hari ini, adalah karena semangatnya dalam hidup, dan Tuhan melihat itu.
Semangat yang dia punya menjadi warisan yang paling berharga untuk anak-anaknya, keyakinannya bahwa anak-anaknya akan sukses menjadi doa yang membawa saya dan kakak-kakak saya bisa memiliki kehidupan dan pekerjaan yang terberkati. Dan keberaniannya untuk bermimpi menjadi semangat saya untuk bisa mempunyai keberanian yang sama seperti dia.
Dihari ini, saya ingin kembali mengucapkan terimakasih kepada Tuhan atas orangtua yang telah Engkau berikan, untuk ketidaksempurnaan yang pada akhirnya menjadikan hidup saya lebih sempurna, terimakasih untuk kesukaran yang berganti menjadi sukacita. Tuhan Yesus sangat baik, amat baik, begitu baik.
Pada waktu ulang tahun saya yang ke 11, Papa memberikan saya sebuah alkitab, di halaman depan alkitab tersebut dia menuliskan sebuah kalimat " Make imposible, possible, for your God ". Buatlah segala sesuatu yang mustahil, menjadi tidak mustahil, untuk Tuhanmu" . That words will be my vision.
Many happy returns!
Love,
Davina
nice story
BalasHapus