Total Tayangan Halaman

Sabtu, 05 November 2011

Selamat Ulang Tahun, Papa.


It's been a long time time i didn't write in this blog....and today on 07.30 PM I decided to turn on my notebok and let my fingers shake the keyboard... I will wrote about the birthday man, Papaku.

Some people call him Abah, others call him Papa David, But I always loved to call him with Papa.

Hari ini menjadi ulang tahun nya yg ke 63, BERSYUKUR hanya itu kata yang bisa saya ucapkan karena kembali diberikan kesempatan oleh Tuhan bisa merayakan ulang tahun Papa bersama. Baru beberapa menit lalu saya, kakak ipar dan abangku tiup lilin depan Papa. Sebuah tanda bahwa kami sangat menyayanginya, walaupun kondisinya sudah tidak berdaya lagi.

Saya dan Papa mempunyai kedekatan yang luar biasa dari kecil, bukan hanya kedekatan antara anak dan orangtua tetapi jg sebagai sahabat, i always feel free to talk about many things to him. Walaupun hubungan saya dan papa sempat renggang selama beberapa lama karena selisih pendapat ( saya rasa itu hal yang wajar antara orangtua dengan anak), tetapi kami selalu mempunyai alasan untuk kembali menjalin romantisme dalam keluarga.

Destiny brings him as a single parent when I was 11 years old, dan sejak saat itu saya semakin dekat dengan Papa. He was with me on my first period, he attend my elementary, junior high school and higschool graduated, he drop me and pick me up to campus alomost everyday when i'm in college and always pay full attention for every single things in my life. Walaupun umur nya sudah tua, dan lahir di jaman orde lama tapi pemikiran dan style nya masih seperti anak-anak muda, dia orang yang sangat demokratis dan membebaskan anaknya melakukan apa saja, dengan satu catatan, bahwa kita harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi pilihan kita.

Bukan hanya dengan saya atau anak-anaknya kedekatan itu terjalin, Papa jg cukup dekat dengan teman2 saya, beberapa dr antara kalian yang sedang membaca blog ini pasti mengenal bagaimana papa saat dirumah. saya bangga, karena disaat teman-teman saya banyak mengeluh ttg orangtua nya yang kolot, saya memiliki papa yang cukup " gaul " , bahkan dia menyingkirkan panggilan " kamu atau nak " kepada anak2nya, " elo-gue" jd panggilan biasa saat kita sedang bicara.
Until now i never imagine how can he do that perfect job as a  father, mother and friend untuk keempat anaknya. He's not just GREAT, but he's AMAZING.

The last ( but bot least ) memory I created with him was 3 years ago, when I decided to move from Bandung to Kalimantan, sebagai satu-satu nya anak ( dan perempuan lagi) yang tersisa dirumah, dia merasa berat ketika harus mengetahui bahwa saya akan pindah jauh dari nya. Tapi dia tidak pernah menunjukan kesedihannya di depan saya, dia selalu berkata " kamu memang harus keluar dari Bandung, kejar mimpimu " , kata2nya itu yang membuat saya yakin untuk melangkah.
30 Maret 2009 hari terakhir saya di Bandung, pada jam 02.00 subuh dia mengantarkan saya ke shuttle bus di Bandung Supermal untuk kemudian saya menuju ke Jakarta . Suatu hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Sebelum saya, ketiga kakak saya juga merantau, tapi dia tidak pernah mau mengantarkan kakak-kakak saya, " cukup sampai depan pagar rumah, sesudah kalian melewati itu pagar itu, kalian mulai melangkah untuk hidup kalian masing2" itu katanya. Tapi malam itu, saya diberi sedikit keistimewaan karena Papa mau mengantar saya sampai ke BSM. Ketika saya duduk di dalam bis, mata saya tidak berhenti melihat wajah papa, dan saat bis mulai berjalan saya melihat papa mulai mengusap air mata nya. Dan itu tidak pernah saya lihat sebelumnya.... rasa kehilangan, itu yang dia rasakan. 

Peristiwa itu ternyata menjadi pertemuan terakhir saya dengan Papa dalam keadaan yang sehat. 3 bulan sesudah kepergian saya, tetangga saya menemukan Papa tegeletak di kamar mandi dalam keadaan tidak sadar, dan sejak saat itu sampai sekarang... papa terbaring tidak berdaya lagi. 

Kekuataannya dulu berganti kerapuhan, keberdayaannya dulu berganti menjadi ketidakberdayaan, kata2 nasihatnya dlu berganti menjadi keheningan, tapi satu hal yang tidak akan pernah hilang dalam dirinya adalah SEMANGATNYA. Saya yakin, nafas yang masih dia hembuskan setiap detiknya sampai hari ini, adalah karena semangatnya dalam hidup, dan Tuhan melihat itu. 

Semangat yang dia punya menjadi warisan yang paling berharga untuk anak-anaknya, keyakinannya bahwa anak-anaknya akan sukses menjadi doa yang membawa saya dan kakak-kakak saya bisa memiliki kehidupan dan pekerjaan yang terberkati. Dan keberaniannya untuk bermimpi menjadi semangat saya untuk bisa mempunyai keberanian yang sama seperti dia.

Dihari ini, saya ingin kembali mengucapkan terimakasih kepada  Tuhan atas orangtua yang telah Engkau berikan, untuk ketidaksempurnaan yang pada akhirnya menjadikan hidup saya lebih sempurna, terimakasih untuk kesukaran yang berganti menjadi sukacita. Tuhan Yesus sangat baik, amat baik, begitu baik.

Pada waktu ulang tahun saya yang ke 11, Papa memberikan saya sebuah alkitab, di halaman depan alkitab tersebut dia menuliskan sebuah kalimat " Make imposible, possible, for your God ". Buatlah segala sesuatu yang mustahil, menjadi tidak mustahil, untuk Tuhanmu" . That words will be my vision.  

Selamat Ulang Tahun Papa,
Many happy returns!





Love,




Davina

Kamis, 20 Oktober 2011

Tuhan itu ( tidak) Pernah Salah !

Kadang kita menyangsikan kesempurnaan Tuhan jika melihat hasil ciptaannya. bahkan ada satu postingan yg saya baca : Jika Tuhan itu sempurna, kenapa masih ada manusia2 yg cacat tubuhnya. Benar kan ?
Saya coba menuliskan ini menurut pandangan saya.
          Baca, Resapi baru Komentar yaa...

Jika Tuhan itu Maha sempurna, kenapa dia menciptakan manusia dengan berbagai jenis cacat tubuh. sementara yang lain mempunyai tubuh cantik / ganteng tanpa cacat sedikitpun.

Jika Tuhan itu sempurna, kenapa ia tdk mengisi dunia dengan hal hal baik saja? ia malah menciptakan kesempatan orang untuk berbuat jahat..

Jika Tuhan itu sempurna, kenapa ia membuat alur kehidupan seseorang berliku-liku bentuknya. Seseorang yg beriman diberikan cobaan bertubi-tubi sedangkan mereka yang ingkar malah diberikan kemewahan berketerusan.

Jika Tuhan itu sempurna, apa ia dia benar2 tdk memiliki celah sedikitpun?
Tuhan itu tdk pernah salah dalam menciptakan . Betulkan?

Saya coba mengibaratkan Tuhan layaknya arsitektur jalan tol dan kita adalah mobil-mobil yg melewati jalan tersebut.
Jika sang arsitek merancang jalan hanya lurus terus, tak terbayang rasa ngantuk dan bosan untuk melewati jalan tersebut bukan? lengah sedikit - rasa kantuk datang dan ujung-ujungnya malah celaka.

Tuhan itu tdk pernah salah dalam menciptakan. Oleh karena itulah DIA merancang belokan disana sini, agar kita bisa melihat suasana lain kehidupan. DIA memberikan sekian banyak ‘rintangan’ , agar kita terbangun dan tak celaka.

dan kitapun masih sangsi akan kemampuanNya mencipta?

Jika Tuhan itu adalah sutradara, dan kita adalah aktor-aktornya
maka hanya DIA yg bisa memberikan jutaan alternatif jika sin yg kita main kan tdk berjalan sesuai rencana. IA yg bisa menyeimbangkan apa yg timpang dr suatu kehidupan.
Tuhan itu tdk pernah salah bukan?

Jika Tuhan adalah pembuat Mobil dan kita adalah mobilnya
hanya DIA yg bisa menciptakan sebuah mobil yg bisa tetap me-ngerem, walaupun rem tdk tersedia , hanya DIA yg bisa menjadikan suatu mobil berjalan walaupun tanpa roda.
Hanya DIA yang tetap bisa membiarkan kita berjalan dalam lindungannya sekalipun kita tidak punya kaki untuk melangkah.
Tuhan itu tdk pernah salah bukan?




Love, Davina

Selasa, 18 Oktober 2011

Feels like home

Seorang teman menanyakan ttg status bbm saya beberapa minggu lalu yang berisi " My home is not a place, it is a person" . Buat saya, rumah adalah sebuah tempat dimana seseorang bisa menemukan kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan. Dan berada dengan seseorang yang memberikan kita ketiga hal tersebut akan membuat kita merasa seperti berada seperti di " rumah" .

Menjadi impian bagi setiap orang untuk bisa menemukan seseorang yang bisa menjadi "rumah" untuk kita bersandar, dalam keadaan seperti apapun kita, dia akan tetap ada dan menerima kita dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita.

Saya bersyukur karena selama saya hidup, saya selalu bisa menemukan orang-orang yang bisa menjadi " rumah" untuk saya. Sahabat-sahabat saya dan orang yang dekat dengan saya.
Saya bukanlah orang yang dekat dengan keluarga saya, dan saya pun tinggal jauh dengan keluarga selama bertahun-tahun, walalupun saat ini saya telah kembali tinggal dengan keluarga saya namun  saya kurang bisa merasakan keberadaan saya di tenggah2 "keluarga" dan "rumah" itu sendiri, tapi kehadiran sahabat2 dan seseorang di hidup saya membuat saya bisa merasakan arti terdalam dari kedua kata tersebut.

Satu bait cuplikan lirik dari Chantal Kreviazuk yang berjudul Feels Like Home akan cukup jelas menggambarkan feeling saya :

"If you knew how lonely my life has been
And how long I've been so alone
And if you knew how I wanted someone to come along
And change my life the way you've done

It feels like home to me,
It feels like I'm all the way back where I come from"


.... Notes ini saya persembahkan untuk setiap orang yang telah dengan begitu baik mengenal saya dan menjadi bagian terpenting dalam hidup saya selama beberapa tahun belakangan ini. Yes, You are the Place I called HOME .


Love,


Davina

Kamis, 18 Agustus 2011

Gaji Papa Berapa?

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, ‘Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?’ ‘Lho tumben, kok nanya gaji Papa? Mau minta uang lagi, ya ?’ ‘Ah, enggak. Pengen tahu aja,’ ucap Sarah singkat. ‘Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?’ Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi.
Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. ‘Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong’ katanya. ‘Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur’ perintah Andrew. Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,Sarah kembali bertanya, ‘Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?’ ‘Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek mau mandi dulu. Tidurlah’. ‘Tapi Papa….’Kesabaran Andrew pun habis. ‘Papa bilang tidur !’ hardiknya mengejutkan Sarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, ‘Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih’ jawab Andrew ‘Papa, aku enggak minta uang.
Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini’. ‘lya, iya, tapi buat apa ?’ tanya Andrew lembut. ‘Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga.Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa’ kata Sarah polos. Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk ‘membeli’ kebahagiaan anaknya.


Hari ini, dari segala kesibukan kita, sudahkan kita menyisihkan waktu, untuk suami, isteri, anak, kekasih, atau orang-orang yang kita kasihi?

Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya….

Note : Cerita ini diambil dari milis.


Love, Davina

Minggu, 14 Agustus 2011

Symphoni Pastorale

.."perhatikan bunga bakung di padang…”



“aku berkata padamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.. “



“..dalam segala kebesarannya..”



Mereka yang mempunyai mata terkadang adalah orang yang tidak bisa melihat. Dan dari dasar hatiku, aku mendengar doa ini membumbung.. terimakasih padaMu Tuhan.. yang telah memperlihatkan kepada orang–orang sederhana hal yang kau sembunyikan dari orang–orang yang pandai. Ajarilah kami Tuhan, agar bisa menjadi sepeti Salomo.





 
Love, Davina

Sabtu, 13 Agustus 2011

Selamat Ulang Tahun Sahabatku, Dimas.

"Bertambahnya umur itu pasti, tetapi menurunnya semangat dan memudarnya kreatifitas itu PILIHAN."

Aku bersyukur atas hari ini karena Tuhan telah menambahkan satu lagi tahun kepada sahabat, abang, saudara ku Dimas Raditya Anggara. Dimas, aku br mengenal dia sekitar 3 tahun lalu, dia tidak banyak bicara atau bercanda pada saat awal mengenalnya, tapi dia sosok yang sangat bersahaja dan bersahabat, itu yang membuat dia disayangi oleh teman-temannya.

Aku pribadi mengucap syukur karena telah diberikan seorang sahabat seperti Dimas, yang selalu membantu aku disaat aku membutuhkan pertolongan , masukan atau nasihat dari dia, dia selalu memberikan saran terbaiknya tanpa pernah mau mencampuri masalah pribadi seseorang. Walaupun kita jarang sekali berhubungan lewat sms, telpon atau bbm, tapi aku selalu bisa merasakan kehadiran dan dukungan dia didalam hidupku.

BBM terakhir yang aku terima dari dia adalah beberapa minggu lalu, dia mengatakan " senang melihatmu rajin menulis, sis ", pesan yang begitu singkat namun sangat berarti, menyatakan dukungan dan perhatian yang besar dari seorang sahabat.

Di hari ulang tahun mu ini, Davina mendoakan segala yang terbaik untuk Dimas. I'm sorry for my absence in your birthday bro, tapi tidak mengurangi sukacita ku terhadap hari milad mu ini.
Aku berdoa semoga semangat dan kreatifitas mu tidak akan pernah pudar, 2 buku karya Dimas udah aku baca, dan aku berharap di tahun tahun kedepan ada buku-buku lain yang bisa bisa kamu bikin.

Happy birthday my dear bro, many happy returns in your new age. I'm happy and super proud to have u as my friend.



Love, Davina

Selasa, 02 Agustus 2011

Ketika harus kalah

Saya adalah penggemar American Idol, dan rasanya ada yang kurang ketika saya belum menuliskan komentar saya mengenai Season 10 yang lalu. Walaupun tidak semua episodenya saya ikuti, tetapi saya punya idola sendiri yaitu Pia Toscano yang cantik dan mempunyai suara emas, terpaksa harus gugur tereliminasi. Mungkin bagi banyak orang, penampilannya jadi membosankan karena pilihan lagunya. Begitu juga dengan Si Jenius yang nyentrik, Casey Abrams yang kemudian menjadi idola saya karena menjunjung tinggi originalitas yang dimilikinya juga keberaniannya untuk selalu tampil beda. Walaupun akhirnya lomba ini dimenangkan oleh Scotty McCreery, tetapi saya tetap menaruh simpati pada mereka yang memang berbakat namun sudah dieliminasi.


Seringkali, kita hanya terpaku pada pemenang-pemenang lomba. Termasuk dalam hal American Idol ini. Mudah untuk mengingat siapa saja pemenang pertama dan kedua karena mereka masuk final dan bertanding berdua saja di episode-episode terakhir acara tersebut. Tetapi, bagaimana dengan nasib mereka yang kalah?


Yang harus kalah karena tereliminasi, bukan berarti akhir dari segalanya. Ada yang memang kembali ke pekerjaan mereka semula. Ada yang malah mencuat jadi lebih ternama, siapa juga yang menyangka? Chris Daughtry yang memang keren punya cukup banyak fans dan kemampuan menyanyinya tak perlu lagi diragukan. Albumnya pun meledak di mana-mana. Belum lagi Jennifer Hudson yang malah juga terkenal setelah dieliminasi tetapi lolos audisi untuk berperan di film ‘Dream Girls’. Ketenarannya tidak kalah, bahkan boleh dikatakan melebihi beberapa pemenang American Idol sebelumnya yang sudah tak sepopuler dulu lagi.


Dalam hidup, ketika harus ‘KALAH’ dalam suatu kompetisi. Entah tidak mendapatkan posisi yang diidamkan di kantor, ketika tidak menjadi juara pertama dalam suatu lomba, ketika bukan lagi pemegang ranking satu di sekolah/kuliah/ S1-S3, mungkin banyak orang akan cenderung FRUSTRASI. Sedih, kecewa, ketika harus berhadapan dengan kenyataan bahwa mereka kalah dengan orang lain. Belum lagi jika kita merasa terus saja ‘kalah’ dibandingkan teman selevel kita dulu (teman SD, SMP, SMA yang bertemu saat reunian misalnya). Baik dari prestasi maupun prestise, rasanya ingin menutup muka dengan cadar agar tak lagi dikenali.


Kalah dan menang adalah hal biasa dalam hidup ini. Malah, boleh dibilang, pengalaman ‘kalah’ memberikan banyak pelajaran penting dalam hidup. Bahwa tak perlu bersombong diri, karena diriku ini bukan yang terhebat. Masih ada, bahkan banyak yang lebih hebat. Terutama yang Maha Hebat yaitu Sang Pencipta, Tuhan sendiri. Tak perlu merasa minder dengan kekalahan, kalau mungkin ambillah pelajaran di baliknya. Kalah, tak harus berarti akhir dari segalanya. Tak jarang, kekalahan itu malah merupakan awal dari sesuatu yang baru-yang sama sekali berbeda dengan apa yang pernah kita pikirkan dan rencanakan sebelumnya. Terkadang Tuhan seolah bisa begitu saja membelokkan hidup kita. Tentu saja itu merupakan upaya-Nya untuk masuk rencana-Nya yang lebih indah ketimbang apa yang pernah kita pikirkan dengan keterbatasan otak kita sebagai manusia.


Bukan berarti kita tidak perlu memupuk mental pejuang untuk menang. Tetapi, kita pun bersiap juga, ketika kalah kita hadapi dengan lapang dada. Kalah, bukan berarti kiamat. Kalah, bisa jadi suatu cara untuk membuka suatu kesempatan lain yang tak pernah tersentuh sebelumnya. Asalkan kita percaya, asalkan kita berjuang dengan sekuat tenaga dan tak bermalas-malasan, suatu hari nanti kita akan melihat keindahan rencana-Nya… Yang mampu membuat kita mengerti, mengapa kita harus ‘kalah’ ketika itu untuk melihat suatu kemenangan baru bersama-Nya di masa depan nanti.


Semoga saya dan kita semua miliki mentalitas yang kuat menghadapi apa pun dalam hidup ini. Menang bukanlah segala-galanya. Kalah juga bukan berarti akhir dunia. Kekalahan dan kelemahan manusia, tak jarang dijadikan-Nya suatu celah untuk masuk dan menyatakan kebesaran-Nya. Bahwa Dia memang yang utama. Semoga kita bisa memenangkan pertandingan kehidupan ini dan selalu mengharumkan nama-Nya. Termasuk menghadapi kekalahan dengan lapang dada tetapi tetap berusaha memetik suatu pelajaran berharga di dalamnya.


Love, Davina

Spesial In You

Ini bukan jawaban seorang pembeli atas pertanyaan martabak, yang biasa atau spesial? Arti spesial di sini menyangkut diri Anda sebagai manusia.

Suatu hari seorang penceramah terkenal membuka seminarnya dengan cara unik.
Sambil memegang uang pecahan AS $ 100, ia bertanya kepada para hadirin, "Siapa yang mau uang ini?" Tampak banyak tangan diacungkan. Pertanda banyak minat.

"Saya akan berikan ini kepada salah satu dari Anda sekalian, tapi sebelumnya perkenankanlah saya melakukan ini." Ia berdiri mendekati hadirin. Uang itu diremas-remas dengan tangannya sampai berlipat-lipat.
Lalu bertanya lagi, "Siapa yang masih mau uang ini?" Jumlah tangan yang teracung tak berkurang.

"Baiklah," jawabnya, "apa jadinya bila saya melakukan ini?" ujarnya sambil menjatuhkan uang itu ke lantai dan menginjak-injaknya dengan sepatunya.
Meski masih utuh, kini uang itu jadi amat kotor dan tak mulus lagi. "Nah, apakah sekarang masih ada yang berminat?" Tangan-tangan yang mengacung masih tetap banyak.

"Hadirin sekalian, Anda baru saja menghadapi sebuah pelajaran penting. Apa pun yang terjadi dengan uang ini, Anda masih bermiat karena apa yang saya lakukan tidak akan mengurangi nilainya. Biarpun lecek dan kotor, uang itu tetap bernilai 100 dolar."

Dalam kehidupan ini kita pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan berlepotan kotoran akibat keputusan yang kita buat dan situasi yang menerpa kita. Dalam kondisi seperti itu, kita merasa tak berharga, tak berarti. Padahal apa pun yang telah dan akan terjadi, Anda tidak pernah akan kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai Anda. Jangan pernah lupa ANDA SPESIAL.

- Notes ini saya ambil dan copy disini atas izin dr Mike Bima, dia adalah mantan bos saya waktu saya bekerja di AIG Life, seseorang yang sangat spesial bagi saya karena semangat luar biasa yang telah diberikan kepada saya beberapa tahun lalu sewaktu saya dihadapkan dalam suatu permasalah dan membutuhkan keyakinan untuk memutuskan langkah yang saya ambil untuk kehidupan saya. Dan saya yakin, Mike Bima, dia tidak akan pernah kehilangan nilai spesial dalam dirinya. Dia akan tetap menjadi rising star bagi orang-orang disekelilingnya.



 
Love, Davina

Sabtu, 30 Juli 2011

Selamat Ulang Tahun, Mama!

Hari ini seharusnya menjadi ulang tahun Mama yang ke 60, sebuah kue kecil ada di rumah, berharap hari ini aku bisa meniup lilin diatas kue tersebut bersama mama, sebuah harapan yg mustahil, karena Mama sudah tenang disana.

Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan kepada Mama,
15 tahun lalu waktu mama pergi,
anak mu ini masih duduk di kelas 4 sd, sekarang aku sudah kerja ma,
anak-anak mama jg sudah menikah , mama juga sudah mempunyai 3 mantu dan 1 cucu,
mama pasti akan senang sekali melihat christabel, cucu mama.
Dia menjadi penghibur bagi kami semua, bahkan dr kejauhan dia selalu bisa menjadi penyemangat kami dan papa.

Mama, aku sudah tidak sabar bisa kembali bertemu dengan mama, aku selalu menunggu hari yang Tuhan janjikan kepada kami dimana kami akan bisa kembali bertemu dengan orang-orang yang telah mendahului kami. Tapi aku yakin, hari itu akan tiba .... soon!

Selamat ulang tahun Mama,
Segala semangat,
Nafas,
Perbuatan,
Perkataan,
dan Doa,
semuanya aku lakukan untuk kebangaanmu Mama.


Love, Davina

Rabu, 13 Juli 2011

Trust and Faith

Trust and faith. These two items are in very high demand these days. But, come to think of it, they've been in high demand throughout the ages, it is simply that we now, in this chaotic world we live in, are feeling it more deeply and closely.

What is trust? What is faith? In many cases, faith is connected with religion -- faith in a higher power, belief in life after death, hope of a better world after this one. And what about trust? Trust we see more in the worldly realm -- trusting our neighbor, our loved ones, our children, our friends, ourselves… Yet these two qualities are now being severely tested. Due to an increasing media focus on violence, crime, etc., we have less trust in our neighbors, co-workers, children, etc. And also because we now have instant access to every dispute, quarrel, border skirmish, and war across the planet, we may have lost faith in a benevolent and loving God, as we have learned to ignore the small miracles that take place every day in our lives.

Webster's defines faith as "an unquestioning belief, especially in God, religion, etc." As we have increased our knowledge of others' religions and beliefs, either through the study of history or through the observation of current "religious" wars, we see that each "team" or faction believes that God is on their side. An extreme example of this is the "jihad", where war is waged "on behalf" of God.

Where does that leave us? For some, it brings a total disorientation and disconnection from any belief in a higher power and in a loving Supreme Being. For others, it diminishes, if not extinguishes, their belief in the goodness of man.

Yet, as with everything, there are always two sides to the story -- two sides to each coin.
Even while the wars go on, as they have been going on for centuries and millennia, the "good" or loving side of man has been present and active. Unfortunately, we seem to enjoy focusing on the "guts and glory" or gory side of events. We line up for horror and war movies, we watch the news stories of war and murders and rapes, we talk to our friends and neighbors about the latest horror story -- whether real or Hollywood fiction.
Yet, the good exists and is expanding. It is simply that the media (news and movies) don't always focus on the wonderful and the loving. But just because a lot of people are not noticing, it does not mean that it is not happening.

Looking at the New York Times non-fiction bestseller list always renews my faith in humanity. Why? Because so many of the top 10 bestsellers have to do with bettering our selves, whether mentally, spiritually or physically. While the news media may be dishing out blood and gore by the bushel, people are buying books that are uplifting, that are helping them be better people and create a better world.
It may be that the mirror of our lives, the media, is simply delayed and has not "caught up" with the change that is taking place. Yet, even on television, there is programming that supports the "positive" and loving side of humankind. There are more and more authors writing books that are aimed to help raise our consciousness and our awareness. Even Hollywood is becoming more conscious of its role in the world.

Robert Redford in his speech at the Academy Awards, spoke of "giving back". This is an important attitude to have. We, who are blessed with food on the table, a roof over our head, modern technology galore, must "give back" to the world, to others less fortunate. We must see that everyone is our brother and sister, that we are all, indeed, one big family living on one planet. If a discontented brother is spewing hatred, then we must look at the cause and see what needs to be rectified. We must take responsibility for what is happening in our "extended family" and "do onto others as we would have them do onto us".

And that means speaking up, having faith and trust that things can get better -- if we work at it. There is an Arabic saying: "Trust in God, but tie your camel too." Yes, we must trust in life getting better, but we must also DO SOMETHING. Whether it is volunteering at your local homeless shelter, or spending time with the kids in your neighborhood, or getting involved in local and international politics. Whatever is yours to do, you must do it. Have faith in a higher power yes, but realize that God works through us -- each one of us. We are the hands and voice of God. If we stay mute and inactive, we are stopping God from being present in our world.

We have to have trust in ourselves. Trust that whatever little thing we do is like a pebble in a lake -- the waves go out and out and out, and we don't know whom they will touch. Every "little" action we take will have repercussions we cannot envision. We may simply be a drop of water in the ocean of life, but what is the ocean but a conglomeration of many many drops. If each drop had said, I'm so little, I can't make a difference, I won't join in, then the ocean would be dry.

You are not insignificant. Your words, your thoughts, your actions do make a difference. They are a drop that with many other drops add up to the ocean. You are a piece of the puzzle, your words and actions are a stepping stone for someone else.

Never think that you are insignificant -- that what you do and say can't make a difference. You are here, and alive. And that in itself has made a difference. ( Marry T.Russel)



Love, Davina